Scholaku – Bayangkan dua anak sedang belajar Matematika. Anak pertama berkata, “Aku nggak bisa Matematika, otakku nggak cocok.” Anak kedua berkata, “Memang susah sih, tapi aku yakin bisa kalau terus latihan.”
Dua kalimat itu sederhana, tapi menunjukkan cara berpikir yang sangat berbeda. Anak pertama memiliki fixed mindset, sedangkan anak kedua punya growth mindset.
Nah, apa itu growth mindset, dan kenapa penting banget untuk anak-anak, terutama di usia sekolah?
1. Growth Mindset vs Fixed Mindset
Istilah growth mindset pertama kali dikenalkan oleh Dr. Carol Dweck, seorang psikolog dari Stanford University. Menurut Dweck:
- Growth mindset adalah keyakinan bahwa kemampuan bisa berkembang lewat usaha, strategi, dan belajar dari kesalahan.
- Fixed mindset adalah keyakinan bahwa kecerdasan dan bakat itu sifatnya tetap, tidak bisa diubah.
Contoh:
- Growth mindset: “Aku belum bisa sekarang, tapi nanti aku akan bisa.”
- Fixed mindset: “Aku memang bodoh di pelajaran ini.”
2. Mengapa Growth Mindset Penting untuk Anak Sekolah?
Di sekolah, anak-anak akan sering mengalami tantangan: pelajaran sulit, ujian yang menegangkan, tugas kelompok, atau bahkan kegagalan. Anak dengan growth mindset akan lebih kuat mental, karena mereka melihat kegagalan sebagai bagian dari proses belajar.
Beberapa manfaat growth mindset bagi anak sekolah:
- Lebih berani mencoba hal baru
- Tidak takut gagal
- Semangat belajar meningkat
- Lebih gigih saat menghadapi kesulitan
- Punya rasa ingin tahu dan terbuka terhadap feedback
Dengan mindset ini, anak tidak hanya belajar pelajaran sekolah—mereka juga belajar tentang hidup.
3. Bagaimana Menumbuhkan Growth Mindset pada Anak?
Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan orang tua dan guru:
Gunakan Kata-Kata yang Membangun
Alih-alih berkata, “Kamu memang nggak pintar Matematika,” lebih baik katakan,
“Matematika memang menantang, tapi kamu bisa kalau terus mencoba.”
Rayakan Proses, Bukan Hanya Hasil
Berikan pujian atas usaha anak, bukan hanya nilai akhirnya.
“Kamu hebat karena sudah berusaha keras belajar, hasilnya nanti pasti mengikuti.”
Ajak Anak Melihat Kegagalan Sebagai Peluang
Jika anak gagal, bantu mereka refleksi:
“Kira-kira, apa yang bisa kamu pelajari dari pengalaman ini?”
Gunakan Kata “Belum”
Saat anak bilang, “Aku nggak bisa,” tambahkan kata “belum.”
“Kamu belum bisa… tapi kamu akan bisa nanti.”
4. Semua Anak Bisa Berkembang
Tidak semua anak langsung cerdas, cepat paham, atau selalu dapat nilai bagus. Tapi semua anak bisa berkembang, asal punya cara pikir yang benar. Dan di sinilah growth mindset berperan penting.
Jadi, yuk bantu anak kita untuk percaya bahwa kemampuan bisa diasah, bakat bisa dibangun, dan kegagalan bukan akhir dari segalanya—tapi awal dari pembelajaran.
Karena yang penting bukan hanya pintar, tapi mau terus belajar.